Penyakit Reproduksi pada Ternak Sapi - Saraswati Update - KTT Saraswati Desa Tambaharjo Kecamatan Adimulyo Kabupaten Kebumen - Ternak sapi adalah alternatif usaha yang telah dilaksanakan oleh masyarakat desa. Apalagi setelah pemerintah menggalakkan program budidaya sapi untuk tujuan swasembada daging sapi pada tahun 2014 nanti. Kelompok kami telah melakukan ternak sapi sejak tahun 2005, suka duka telah banyak kami lalui. Hingga saat artikel ini ditulis kami masih aktif budidaya sapi. Ada yang pembibitan dan sebagian ada yang penggemukan. Alasan pembibitan adalah untuk meningkatkan populasi sapi PO kami sedangkan alasan penggemukan agar hasilnya lebih cepat dinikmati sebagai tambahan inkam keluarga.
Suka duka yang kami alami kami rasakan bersama, segala masalah kami hadapi bersama. Namun ada beberapa masalah yang harus ditangani oleh petugas kesehatan hewan terkait, yaitu masalah penyakit reproduksi pada ternak sapi kami. Beberapa sapi yang kami pelihara, ada yang belum bisa bunting, padahal sudah berkali-kali kami kawinkan, baik dengan inseminasi buatan (IB) atau dengan kawin benggala. Ada juga sapi kami yang kurus dan nafsu makannya berkurang.
Permasalahan di atas bertolak belakang dengan tujuan pendirian kelompok ternak kami. Ada beberapa anggota yang merasa sedih bahkan merugi karena sapinya belum bisa bunting, padahal telah dipelihara sekian lama, dengan alasan demikian, sebagian anggota meminta kepada pengurus agar menukar dengan sapi yang untuk penggemukan. Memang, pembangunan peternakan sebagai bagian dari pembangunan pertanian yang bertujuan mencukupi kebutuhan pangan yang bergizi, meningkatkan pendapatan petani dan penyediaan lapangan kerja melalui peningkatan populasi dan produksi hasil ternak. Pembangunan peternakan tersebut harus mampu menyentuh langsung kehidupan petani peternak dan masyrakat pada umumnya.
Dalam hal ini sub sektor peternakan merupakan salah satu alternatif usaha yang dapat meningkatkan pendapatan dan menampung tenaga kerja tanpa penambahan lahan. Salah satu hambatan yang kami hadapi dalam rangka meningkatkan produktivitas ternak adalah adanya berbagai penyakit reproduksi yang merupakan faktor yang langsung berpengaruh terhadap populasi dan pengembangan ternak. Penyakit reproduksi pada ternak dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar bagi petani khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Karena selain merusakkan kehidupan ternak, dan mneghambat perkembangan populasi juga dapat menular kepada manusia. Kasus gangguan reproduksi yang ditandai dengan rendahnya fertilitas induk, akibatnya berupa penurunan angka kebuntingan dan jumlah kelahiran pedet, sehingga mempengaruhi penurunan populasi sapi dan pasokan penyediaan daging secara nasional.
Diantara gangguan reproduksi yang cukup mempengaruhi produktivitas ternak yaitu kemajiran pada ternak betina. Kemajiran ternak betina bisa disebabkan oleh infeksi penyakit ataupun non infeksi seperti gangguan hormon, kelainan bawaan, patologi kelamin dan pakan yang kurang nutrisi. Kerugian ekonomi akibat serangan penyakit dapat ditekan jika diagnosa, pencegahan, ataupun pengobatan dilakukan sedini mungkin, secara cepat dan tepat agar penyakit tidak menyebar ke ternak lain. Dan keberhasilan reproduksi akan sangat mendukung peningkatan populasi ternak.
Penyakit reproduksi pada ternak dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar bagi petani ternak kelompok Saraswati khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Karena selain merusakkan kehidupan ternak, dan mneghambat perkembangan populasi juga dapat menular kepada manusia. Diantara gangguan reproduksi yang cukup mempengaruhi produktivitas ternak yaitu kemajiran pada ternak betina. Kemajiran ternak betina bisa disebabkan oleh infeksi penyakit ataupun non infeksi seperti gangguan hormon, kelainan bawaan, patologi kelamin dan pakan yang kurang nutrisi. Kerugian ekonomi akibat serangan penyakit dapat ditekan jika diagnosa, pencegahan, ataupun pengobatan dilakukan sedini mungkin, secara cepat dan tepat agar penyakit tidak menyebar ke ternak lain. Dan keberhasilan reproduksi akan sangat mendukung peningkatan populasi ternak.
Kemajiran ternak betina yang disebabkan oleh infeksi-infeksi penyakit yang umum dan sering terjadi di lapangan. Diantaranya penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur yang sering oleh aspergillus fumigatus, virus seperti IBR, bakteri seperti Brucellosis, dan parasit seperti Trichomoniasis. Pada umumnya pencegahan dapat dilakukan dengan sanitasi kandang yang bagus, vasksinasi, isolasi sedini mungkin jika ada hewan yang terserang infeksi penyakit kemajiran dan pemberian nutrisi yang baik pada hewan yang bunting.
Suka duka yang kami alami kami rasakan bersama, segala masalah kami hadapi bersama. Namun ada beberapa masalah yang harus ditangani oleh petugas kesehatan hewan terkait, yaitu masalah penyakit reproduksi pada ternak sapi kami. Beberapa sapi yang kami pelihara, ada yang belum bisa bunting, padahal sudah berkali-kali kami kawinkan, baik dengan inseminasi buatan (IB) atau dengan kawin benggala. Ada juga sapi kami yang kurus dan nafsu makannya berkurang.
Permasalahan di atas bertolak belakang dengan tujuan pendirian kelompok ternak kami. Ada beberapa anggota yang merasa sedih bahkan merugi karena sapinya belum bisa bunting, padahal telah dipelihara sekian lama, dengan alasan demikian, sebagian anggota meminta kepada pengurus agar menukar dengan sapi yang untuk penggemukan. Memang, pembangunan peternakan sebagai bagian dari pembangunan pertanian yang bertujuan mencukupi kebutuhan pangan yang bergizi, meningkatkan pendapatan petani dan penyediaan lapangan kerja melalui peningkatan populasi dan produksi hasil ternak. Pembangunan peternakan tersebut harus mampu menyentuh langsung kehidupan petani peternak dan masyrakat pada umumnya.
Dalam hal ini sub sektor peternakan merupakan salah satu alternatif usaha yang dapat meningkatkan pendapatan dan menampung tenaga kerja tanpa penambahan lahan. Salah satu hambatan yang kami hadapi dalam rangka meningkatkan produktivitas ternak adalah adanya berbagai penyakit reproduksi yang merupakan faktor yang langsung berpengaruh terhadap populasi dan pengembangan ternak. Penyakit reproduksi pada ternak dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar bagi petani khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Karena selain merusakkan kehidupan ternak, dan mneghambat perkembangan populasi juga dapat menular kepada manusia. Kasus gangguan reproduksi yang ditandai dengan rendahnya fertilitas induk, akibatnya berupa penurunan angka kebuntingan dan jumlah kelahiran pedet, sehingga mempengaruhi penurunan populasi sapi dan pasokan penyediaan daging secara nasional.
Diantara gangguan reproduksi yang cukup mempengaruhi produktivitas ternak yaitu kemajiran pada ternak betina. Kemajiran ternak betina bisa disebabkan oleh infeksi penyakit ataupun non infeksi seperti gangguan hormon, kelainan bawaan, patologi kelamin dan pakan yang kurang nutrisi. Kerugian ekonomi akibat serangan penyakit dapat ditekan jika diagnosa, pencegahan, ataupun pengobatan dilakukan sedini mungkin, secara cepat dan tepat agar penyakit tidak menyebar ke ternak lain. Dan keberhasilan reproduksi akan sangat mendukung peningkatan populasi ternak.
Penyakit reproduksi pada ternak dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar bagi petani ternak kelompok Saraswati khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Karena selain merusakkan kehidupan ternak, dan mneghambat perkembangan populasi juga dapat menular kepada manusia. Diantara gangguan reproduksi yang cukup mempengaruhi produktivitas ternak yaitu kemajiran pada ternak betina. Kemajiran ternak betina bisa disebabkan oleh infeksi penyakit ataupun non infeksi seperti gangguan hormon, kelainan bawaan, patologi kelamin dan pakan yang kurang nutrisi. Kerugian ekonomi akibat serangan penyakit dapat ditekan jika diagnosa, pencegahan, ataupun pengobatan dilakukan sedini mungkin, secara cepat dan tepat agar penyakit tidak menyebar ke ternak lain. Dan keberhasilan reproduksi akan sangat mendukung peningkatan populasi ternak.
Kemajiran ternak betina yang disebabkan oleh infeksi-infeksi penyakit yang umum dan sering terjadi di lapangan. Diantaranya penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur yang sering oleh aspergillus fumigatus, virus seperti IBR, bakteri seperti Brucellosis, dan parasit seperti Trichomoniasis. Pada umumnya pencegahan dapat dilakukan dengan sanitasi kandang yang bagus, vasksinasi, isolasi sedini mungkin jika ada hewan yang terserang infeksi penyakit kemajiran dan pemberian nutrisi yang baik pada hewan yang bunting.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah membaca blog saya, silahkan tinggalkan komentar